Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kepada mereka, kisah Idris Pesan-pesan Nabi Idris kepada Umat Manusia. Sejak saat itu, Nabi Idris semakin giat mengajak umatnya untuk senantiasa berbuat kebaikan, taat kepada Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya. Kisah lengkap Nabi Idris AS untuk mengajak manusia, khususnya keturunan Qabil agar
Berakhlakkepada Rasulullah saw. termasuk bagian akhlak yang wajib dimiliki oleh umat Islam. Nabi Muhammad saw. merupakan utusan Allah yang memiliki keluhuran budi sehingga menjadi teladan bagi umat manusia. Keteladanan Rasulullah meliputi segala aspek kehidupan, baik pribadi, keluarga, maupun masyarakat. Oleh karena itu, sebagai umatnya setiap
TataCara dan Niat Wudhu Sebelum Tidur Seperti Pesan Nabi Muhammad SAW kepada Umatnya Tidak hanya hendak menunaikan ibadah Salat, Wudhu nyatanya juga dianjurkan Rasulullah SAW untuk dilakukan umatnya sebelum tidur. Minggu, 18 Oktober 2020 23:42 WIB. Editor: Kurniatul Hidayah.
Eramuslim- Nabi Muhammad Saw berpesan kepada umatnya untuk tidak hanya melakukan kesalehan spiritual dalam menjalani kehidupan di dunia ini, tapi juga melakukan berbagai keshalehan sosial. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadists nabi. Dikutip dari kitab "Nashaihul Ibad" karya Syekh Nawawi Al-Bantani, Nabi Muhammad Saw bersabda, "Ada dua perkara yang tiada sesuatu apapun yang
DemikianRasulullah pernah bersabda. (hadits al Bukhari dan Muslim). Hal itu karena semasa hidup di dunia mereka tidak punya rasa malu. Tidak punya harga diri. Itulah lima pesan Jibril kepada Rasulullah. Pesan itu tentu untuk umatnya. Untuk kita semua. Bukan untuk Rasulullah. Berikut ini saya ulang kembali lima pesan Jibril itu.
vVVP. loading...Saking sayangnya Rasulullah SAW kepada umatnya, beliau tak pernah ridha umatnya mendapatkan azab. Foto Ilustrasi/Ist Mungkin di antara umat Islam banyak yang belum tahu bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sangat mencintai umatnya. Saking cintanya kepada umatnya, beliau selalu memohon kepada Allah Ta'ala agar menyelamatkan umatnya. Hidupnya penuh dedikasi kepada umat, waktunya habis untuk memikirkan kemaslahatan umatnya. Berjuang untuk umat, mengorbankan air mata dan darah, bahkan nyawa dipertaruhkannya untuk umat. Sampai di ujung hayatnya, umat yang jadi prioritas perhatiannya. Di akhirat pun, umat yang beliau cari untuk diberikan syafaatnya. Cintanya benar-benar tulus kepada umat. Baca Juga Berikut beberapa bukti nyata kecintaan Rasulullah SAW kepada umatnya sebagaimana dikutip dari Buku "Manusia Yang Tidak Seperti Manusia" karya Ustaz Ahmad Zarkasih Lc pengajar Rumah Fiqih Indonesia. Baca Juga 1. Berdoa untuk Umatnya Setiap kisah menarik yang terekam dalam banyak kitab hadis, salah satunya apa yang tertulis dalam kitab shahih-nya Imam Ibn Hibban. Diriwayatkan bahwa Nabi SAW sedang berbincang santai di rumahnya bersama Sayyidah 'Aisyah radhiallahu 'anha RA.Beliau Aisyah mengatakan "Ketika aku memandang wajah Nabi SAW , terasa ketenangan dalam diri, lalu aku katakan kepada beliau" "Ya Rasul, berdoalah kepada Allah untuknya". Kemudian Nabi SAW mengangkat tangannya berdoa kepada Allahللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَائِشَةَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنَبِهَا وَمَا تَأَخَّرَ، مَا أَسَرَّتْ وَمَا أَعْلَنَتْ"Ya Allah, ampunilah 'Aisyah, seluruh dosanya yang lalu dan yang akan datang. Dosanya yang terlihat dan yang tersembunyi".Mendengar doanya Nabi SAW itu, 'Aisyah kemudian tersenyum lebar, dan tertawa. Saking senangnya, sampai-sampai ia menjatuhkan kepalanya di pangkuan Nabi SAW . Kemudian beliau mengatakan"Senangkah engkau dengan doaku tadi?" Sayyidah 'Aisyah menjawab "Bagaimana mungkin aku tidak gembira dengan doamu Ya Rasulullah ?"Beliaukemudian meneruskan "Demi Allah, itulah doaku untuk umatku setiap salat". HR Ibn HibbanPedulinya Rasulullah SAW kepada umatnya. Padahal setiap hari sudah berdakwah menyampaikan syariat agar umat terhindar dari perbuatan zalim dan dosa bahkan kesyirikan. Tapi toh kalaupun tetap ada umatnya yang menolak dakwah dan akhirnya jatuh pada kemaksiatan, masih juga didoakan oleh Rasulullah SAW .2. Tetap Mendoakan Walau semua kita ingat bagaimana cerita Rasulullah SAW yang datang ke Thaif untuk berdakwah. Alih-alih pesan dan nasihatnya didengar, Nabi SAW malah mendapatkan lemparan batu yang akhirnya melukai wajah dan datanglah bantuan dari Allah dengan diturunkannya Malaikat Jibril AS. Jibril menawarkan 'jasa pelayanan' untuk beliau guna membalas apa yang sudah dilakukan oleh bangsa Thaif yang tidak menghormati Nabi sama sekali. Jibril menawarkan kepada Nabi SAW untuk menghancurkan kaum Thaif tersebut dengan gunung yang siap orang yang sedang dalam keadaan terdesak dan dalam posisi lemah, tentu tawaran tersebut sangat baik untuk diterima. Agar mereka orang-orang zalim tahu bahwa apa yang mereka lakukan itu akan berbalik kepada mereka berupa penderitaan. Itu watak manusia biasa yang maunya jika dizalimi akan balas menzalimi juga. Tapi berbeda dengan Nabi Muhammad SAW .Bukannya mengamini apa yang ditawarkan oleh Jibril AS, beliau justru menolak dan memilih untuk mendoakan kaum Thaif tersebut. Darah akibat luka masih mengalir di wajahnya. Rasulullah mengangkat tangan lalu mengatakan"Allah tidak mengutusku untuk menjadi orang yang merusak dan juga tidak untuk menjadi orang yang melaknat. Akan tetapi Allah mengutusku untuk menjadi penyeru doa dan pembawa rahmat. Ya Allah, berilah hidayah untuk kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui". HR Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-ImanIndahnya akhlak Rasulullah di waktu dan kondisi yang secara manusiawi sangat wajar orang itu marah setelah mendapatkan banyak luka akibat kezaliman orang lain. Tapi Nabi SAW memang tidak diutus untuk membalas keburukan dengan keburukan. Tapi beliau diutus oleh Allah Ta'ala sebagai agen kebaikan dan penyebar kasih sayang. Baca Juga 3. Selalu Memohon Keselamatan UmatKalau ditanya tentang siapa orang yang paling mengasihi diri kita? Normalnya kita akan menjawab ia adalah ibu kita semua. Itu benar dan tidak salah. Akan tetapi kita juga harus tahu bahwa Nabi SAW jauh lebih sayang dan paling mengasihi kita lebih dari siapapun di dunia ini. Dalam sebuah riwayat yang masyhur, termasuk riwayat Imam Ahmad dan juga dalam Mushannaf Ibn Abi Syaibah, disebutkan bahwa setiap malam dalam salatnya, Nabi SAW tidak berhenti meminta kepada Allah untuk memberikan ampunan pembebasan azab untuk Abu Dzar RA mengatakan "Aku mendengar Nabi SAW satu malam dalam salatnya, ia membaca dan mengulang-ngulan firman Allah di setiap ruku' dan sujudnya "Jika engkau mengazab mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-Mu. Dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya memang Engkau maha pengampun lagi maha bijaksana". Al-Maidah 118Abu Dzar RA kemudian bertanya "Wahai Rasul, sejak malam tadi engkau mengulang ayat itu di setiap ruku’ dan sujud mu, sampai waktu subuh datang. Ada apa gerangan?" Nabi SAW menjawab "Aku memohon syafa'at kepada Allah untuk umatku. Dan itu dikabulkan oleh-Nya bagi mereka yang tidak menyekutukan-Nya". HR Ibn Abi Syaibah dan Ahmad4. Menangis untuk riwayat Imam Muslim, diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Amr bin al-Ash RA, Nabi SAW pernah menangis di hadapannya ketika membaca ayat Allah "Sesungguhnya berhala-berhala tersebut banyak menyesatkan manusia. Dan siapa yang mengikuti ku, mereka adalah golonganku". Ibrahim ayat 36Dan beliau pun menangis kembali ketika membaca ayat Allah yang lain "Jika engkau mengadzab mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-Mu. Dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya memang Engkau Maha pengampun lagi Maha bijaksana". Al-Maidah 118
Oleh Bahron Ansori, Redaktur MINA Suatu hari, Nabi Shallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda kepada Abu Dzar Jundub bin Junadah, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada. Ikutilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik niscaya kebaikan akan menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan budi pekerti yang mulia.” HR. At-Tirmidzi dalam Sunannya, Kitabul Birri Washshilah, hadits no. 1987. At-Tirmidzi mengatakan Hadits ini hasan shahih. Asy-Syaikh Al-Albani menghasankan dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi Bila dihayati, tiga pesan Nabi di atas, sebenarnya adalah kunci dalam meraih berbagai kesuksesan hidup di dunia hingga akhirat. Namun, tidak semua insan di bumi ini tahu bahwa pesan Nabi itu adalah kunci kemenangan. Pesan-pesan di atas, sejatinya bukan hanya untuk seorang sahabat seperti Abu Dzar saja, tapi juga untuk seluruh kaum muslimin dimana pun berada, agar tunduk dan patuh kepada apa-apa yang dibawa dan disampaikan Nabi. Tujuan tiga dari wasiat Nabi itu adalah agar umat Islam bisa melaksanakannya sehingga ia akan selamat dunia akhirat. Berikut adalah sekilas uraian tentang tiga wasiat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam di atas. Pertama, ittaqillah bertakwa kepada Allah’ dimana saja berada. Sangat mudah bagi setiap lisan untuk mengucapkan kata takwa’, tapi tidak semudah mengucapkan saat kata takwa’ itu mulai di amalkan. Takwa adalah alat untuk mengukur sejauh mana keyakinan seorang hamba dalam mengamalkan setiap perintah-Nya, dan meninggalkan larangan-Nya. Dengan kata lain, rasa takwa di dalam diri seorang hamba akan menunjukkan sebenar dan sebesar keimanannya kepada Allah. Karena itu, takwa menjadi key word kata kunci dalam menyelesaikan setiap permasalahan hidup. Dengan takwa itu pula, manusia jadi punya kualitas dihadapan manusia terlebih lagi di hadapan Allah Ta’ala. Banyak dalil dari al Qur’an dan as Sunnah yang meminta agar setiap hamba menjadi orang yang bertakwa. Takwa adalah sebuah wasiat yang mengandung inti pengamalan atas hak-hak Allah dan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan seorang hamba. Tentang takwa itu, Umar bin Abdul Aziz mengatakan, “Takwa kepada Allah adalah meninggalkan apa yang Allah haramkan dan melaksanakan apa yang Ia wajibkan.” Jamiul Ulum wal Hikam, 1/400 Allah berfirman juga telah berfirman tentang sifat orang-orang yang bertakwa dalam al Quran surat al Baqarah ayat 177 yang artinya, “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang meminta-minta; dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” Qs. Al-Baqarah 177 Kedua, melakukan amal kebaikan setelah melakukan dosa dan kesalahan. Beruntung sekali orang yang selalu punya niat baik di hatinya, dan berusaha untuk senantiasa berbuat baik kepada semua makhluk Allah Ta’ala. Sebagai manusia sempurna banyak salah dan dosa, maka sewajarnya manusia itu selalu ingat kepada Allah Ta’ala dengan berzikir selepas melakukan kesalahan dan dosa. Salah satu zikir yang sangat dicintai Allah adalah mengucapkan istighfar’ memohon ampunan kepada Allah Ta’ala. Seperti disebut dalam sebuah hadis bahwa iman manusia itu kadang naik dan kadang turun. Maka saat iman itu turun, saat itu pula banyak manusia yang tergelincir dalam kubangan dosa dan maksiat. Dosa dan maksiat akan menjadi hijab dinding pembatas bagi seorang hamba untuk bisa dekat kepada Allah. Karena itu, berbuat baik istighfar atau melakukan kebaikan selepas melakukan kesalahan adalah jalan terbaik agar iman itu bercahaya kembali. Tentang perbuatan baik itu, Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang pagi dan petang dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan dosa perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” Qs. Hud 114. Ayat di atas asbab turunnya karena ada sebuah kisah dari sahabat Ibnu Mas’ud yang mengatakan kala itu ada seorang lelaki mencium seorang wanita bukan mahrom. Lalu orang itu berkata, “Wahai Nabi, apakah ayat itu khusus bagiku?” Nabi menjawab, “Bagi orang yang mengamalkannya dari umatku.” HR. Bukhari, 4687 Ketiga, miliki akhlak mulia dalam setiap pergaulan. Manusia, tidak akan pernah bisa mengikat hati seseorang dengan hartanya, pangkat dan lain sebagainya. Kalau pun bisa, semua itu sifatnya hanya sementara saja tidak langgeng. Tapi, manusia bisa mengikat hati manusia dengan akhlak mulia. Sebab akhlak mulia itu ibarat besi semberani, sekali ia menarik, maka benda-benda disekitarnya akan tertarik semua. Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari, seseorang akan dicintai oleh setiap manusi di manapun berada selama ia tetap mengedepankan akhlak mulia. Andai pun ia telah tiada, maka namanya akan tetap harum mewangi, dan tak pernah lekang di telan waktu. Lihat bagaimana akhlak Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan para sahabatnya. Meski mereka sudah tidak hidup lagi di dunia ini, tapi cahaya akhlaknya masih terus dikenang dan diteladani oleh milyaran manusia sepanjang masa. Tentang akhlak mulia itu, umat Islam tidak semestinya mencari contoh lain selain dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Kemuliaan akhlak Nabi sampai di puji dan diabadikan oleh Allah Ta’ala dalam al Quran. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik.” Qs. Al-Ahzab 21 Bahkan, tentang akhlak mulia itu, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sendiri sudah bersabda, “Sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad. Asy-Syaikh Al-Albani t menshahihkannya dalam Shahih Al-Adab Berakhlak mulia dalam kehidupan bermasyarakat adalah bukti nyata dari benarnya keimanan, lurusnya tauhid dan kokohnya amalan. Baik buruknya iman dan amal seseorang, akan terlihat bagaimana wujud akhlaknya. Maka tak heran, orang yang berakhlak mulia berbudi luhur akan mendapatkan kecintaan manusia lain. Di antara contoh akhlak mulia antara lain; silaturahim, memaafkan kesalahan orang lain, berkata baik, benar dan lemah lembut, sopan santun dalam segala hal, rendah hati, tidak banyak membuat-buat perkataan yang sifatnya ujub, termasuk selalu berwajah ceria dihadapan saudara sesama muslim lainnya merupakan akhlak mulia. Ibnul Mubarak pernah berkata, “Salah satu bentuk akhlak mulia adalah wajah yang selalu berseri, memberikan kebaikan, dan mencegah diri dari menyakiti orang.” Jamiul Ulum wal Hikam 1/457. Semoga Allah Ta’ala menguatkan hati kita untuk selalu berakhlak mulia, walaupun dengan berwajah cerah, ceria saat berjumpa sesama muslim lainnya. Dengan begitu, rasa kasih dan sayang manusia kepada kita akan akan menjadi wasilah turunnya rahmat dari Allah, wallahua’lam. A/RS3/RI-1 Mi’raj News Agency MINA
Khutbah I الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah, Mari sama-sama kita meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah dengan senantiasa melaksanakan segala perintahnya dan berusaha secara maksimal meninggalkan segala laranganNya. Sebab, dengan taqwa inilah, semoga kelak kita menjadi penghuni surga, amin ya rabbal alamin. Kemuliaan bulan Dzulhijjah sebagaimana dijelaskan oleh Al Allamah Syaikh Abdul Hamid dalam kitab Kanzun Najah was Surur karena di dalamnya terdapat kewajiban haji rukun Islam. Dalam bulan Dzulhijjah, semua doa akan dikabulkan oleh Allah. Maka Allah mengabadikan kemulian sepuluh hari Dzulhijjah dalam Al Qur’an وَالْفَجْرِ، وَلَيَالٍ عَشْرٍ Artinya “Demi fajar. Dan malam yang sepuluh.” QS. Al Fajr 1-2 Ulama berbeda pendapat dalam memaknai ayat ini Malam yang sepuluh itu ialah malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan. Dan adapula yang mengatakan sepuluh yang pertama dari bulan Muharram,termasuk di dalamnya hari Asyura. Sedangkan Imam Suyuthi mengatakan bahwa malam sepuluh itu ialah sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah. Pendapat mengenai sepuluh malam Dzulhijjah dalam Surat Al Fajr ditegaskan pula oleh Syaikh Muhammad bin Nashiruddin Addimasyqi Asy Syafi’i “Ayat walayalin aysr menggunakan kalimat nakirah umum karena malam-malam itu adalah paling utamanya malam dalam setahun. Maka pendapat bahwa itu sepuluh malam Dzulhijjah sangat sohih dan masyhur. Para ulama menjelaskan bahwa fajar itu adalah fajar hari Arafah dan yang dimaksud malam sepuluh adalah sepuluh malam Dzulhijjah.” Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah, Salah satu pesan penting yang dapat kita ambil dari peristiwa Idul Adha di bulan Dzulhijjah ini adalah mengenai khutbah Rasulullah Muhammad ﷺ saat berkhutbah di depan para shahabatnya. Dalam kitab Khutubatun Nabi Rasulillah disampaikan bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ bersabda عن ابن عباس رضي الله عنه ان رسول الله صلى الله عليه وسلم خطب الناس يوم النحر فقال يا ايها الناس اي يوم هذا؟ قالوا يوم حرام قال فاي بلد هذا؟ قالوا بلد حرام قال فاي شهر هذا قالوا شهر حرام. قال فان دماءكم واموالكم واعراضكم عليكم حرام كحرمة يومكم هذا في بلدكم هذا وفي شهركم هذا Artinya Hadits dari Ibnu Abbas RA, sesungguhnya Rasulullah ﷺ berkhutbah kepada para umatnya pada hari Idul Qurban. Nabi bersabda “Wahai para manusia, hari apakah ini? Mereka menjawab Ini ini haram. Wahai para manusia, negara apakah ini? Mereka menjawab Ini negara para manusia, bulan apakah ini? Mereka menjawab Ini bulan haram.” Nabi Muhammad bersabda lagi “Sesungguhnya darahmu, hartamu dan anggota tubuhmu itu haram sebagaimana keharaman hari ini, di negara ini dan bulan ini. HR Imam Bukhari Kalimat Rasulullah dalam khutbah itu diulang-ulang dan dilanjutkan dengan doa dan penegasan bahwa khutbah itu sebagai wasiyat pada umatnya. Bahkan Nabi Muhammad ﷺ menegaskan bahwa sudah tidak ada lagi pertumpahan darah antara umat Islam dengan kaum kafir setelah hari Idul Qurban itu. Dari hadits tersebut di atas, sebagai umat Islam yang merasakan nikmatnya hidup di Indonesia yang telah merdeka 76 tahun, dapat mengambil tiga pesan Rasulullah dimaksud Pertama, seorang pemimpin umat Islam harus berkomunikasi dan selalu membimbing umatnya. Salah satu cara komunikasi itu yakni dengan mengingatkan betapa pentingnya hari dan bulan yang mulia dan diharamkan oleh Allah. Memperingati hari dan bulan haram adalah dengan melaksanakan sunnah Rasulullah berpuasa, bertaqarrub dan beramal sosial secara istiqamah. Dan di bulan haram, tidak diperbolehkan perang beradu fisik dan menebar fitnah Kedua, di dalam sebuah kemulian ada tempat hidup yang selalu digunakan untuk beribadah, Nabi menyebutnya dengan kata balad. Kata balad dalam Kamus Al Munawwir karya KH Ahmad Warson Munawwir yang telah dikoreksi KH Ali Ma’shum dan KH Zainal Abidin Munawwir bermakna daerah, negeri, desa, kampung, tanah air. Jika Nabi Muhammad ﷺ menyebut kata balad dalam khutbah idul adha, maka perlu kita ambil hikmah bahwa betapa cintanya Nabi Muhammad kepada tanah airnya sesuai dengan firman Allah إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَىٰ مَعَادٍ ۚ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ مَنْ جَاءَ بِالْهُدَىٰ وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ Artinya “Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu melaksanakan hukum-hukum Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali Makkah. Katakanlah "Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata". QS. Al Qashah 85 Ketiga, betapa pentingnya menjadikan Islam sebagai agama yang mendorong lahirnya perdamaian, bukan agama kekerasan penuh peperangan. Sejarah perintah berqurban kepada Nabi Ibrahim yang diminta menyembelih putranya Nabi Ismail dan kemudian diganti domba adalah sebuah bukti bahwa Islam sangat melindungi hak asasi manusia dan cinta perdamaian. Al Qur’an mencatat sejarah ini sebagai bentuk penyempurnaan manusia berbakti pada Allah Surat As Shaffat ayat 102 فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ Syaikh Utsman bin Hasan Al Khaubawi dalam kitab Durratun Nashihin memberikan penjelasan bahwa perjalanan Nabi Ibrahim dari negeri Syam hingga Makkah dalam mengikuti perintah Allah diabadikan dalam rangkaian ibadah sunnah puasa Tarwiyah yataraw, memikirkan diri atas mimpi menyembelih anaknya dan puasa Arafah arafa, tahu dan yakin bahwa mimpi itu dari Allah. Arafah juga menjadi tempat puncak ibadah haji. Dan kemudian hari kesepuluh Dzulhijjah menjadi penyembelihan nahr. Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah, Rasa syukur Nabi Ibrahim atas tidak jadinya menyembelih putranya, diganti dengan menyembelih kambing, 300 lembu dan 100 unta demi taat kepada Allah. Jelas sekali bahwa qurban ini menjadi ibadah sosial yang sangat mengangkat derajat para peternak hewan dan menjadi bukti emansipasi kepada kaum dlu’afa yang menerima manfaat pembagian daging qurban. Di penghujung khutbah ini perlu ditegaskan kembali pentingnya umat Islam memuliakan agama dengan cara mengikuti seluruh perintah Allah. Umat Islam yang sudah kaya harta, diwajibkan untuk haji ke baitullah. Termasuk disunnahkan melaksakanakan qurban. Allah berfirman إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ Artinya “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus.” QS. Al Kautsar 1-3 Hal terpenting lainnya adalah tentang memanusiakan bangsa dengan cara yang tepat mencintai tanah air hubbul wathan. Kita tahu bahwa Makkah yang disanjung oleh Nabi Muhammad sebagai titik sejarah peradaban. Bahkan di sekeliling Ka’bah antara hajar aswad, makam Ibrahim dan sumur Zamzam ada makam Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Syu’aib, Nabi Shalih dan 99 Nabi lainnya kitab Manasik Hajikarya Syaikh Shalih bin Umar Assamarani. Dengan cara Nabi mencintai Makkah dan Madinah, maka kita pun bangsa Indonesia juga sangat perlu mencintai negeri tanah air ini dengan menjadikan negeri yang damai, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Nabi Muhammad menyempurnakan syariat Islam dengan kesempurnaan iman melalui cinta tanah air. Termasuk di usia 30 tahun, Nabi Muhammad berhasil menyatukan Makkah dengan peletakan hajar aswad di samping pintu Ka’bah. Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah, Mengakhiri hari jumat di bulan Dzulhijjah tahun ini, mari kita tetap teguhkan bahwa agama Islam yang kita anut menjadi Islam rahmatan lil alamin, agama penebar kasih sayang. Dan mari kita isi, hari demi hari hidup di Indonesia dengan teguh memegang ajaran agama Islam dan cinta tanah air dalam rangka menyempurnakan keimanan kita. جعلنا الله وإياكم من والفائزين الامنين وادخلنا واياكم في زمرة عباده الصالحين اعوذ بالله من الشيطان الرجيم وقال اني ذاهب الى ربي سيهدين رب هب لي من الصالحين وقل رب اغفر وارحم وانت خير راحمين Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ Penulis M. Rikza Chamami, Sumber NU Online
Dalam Sirah Nabawiyah terdapat satu riwayat yang sangat menyedihkan bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia. Riwayat tentang wafatnya manusia mulia, Nabi Besar Muhammad Saw. Ada pesan-pesan yang telah dititipkan Rasulullah Saw kepada seluruh umatnya menjelang wafat, dan pesan itu harus diketahui seluruh umat Islam. Apabila umat muslim mengetahui kisah Rasulullah Saw saat menjelang wafat, sudah pasti akan merasakan kesedihan yang sangat mendalam. Para sahabat, umat Islam saat itu gempar mendengar kabar kematian Baginda Rasulullah Saw. Bahkan unta tunggangan Rasulullah Saw ikut merasakan kesedihan yang tiada tara, hingga sakit dan turut pergi meninggalkan dunia. Tak cuma penduduk Madinah yang gempar, para malaikat dan alam semesta juga berduka menyaksikan dan mendengar kabar wafatnya Nabi Muhammad Saw. Rasulullah Saw menghadap Ilahi Rabbi pada Senin, 12 Rabiul Awal Tahun 11 Hijriyah bertepatan 633 Masehi. Beliau wafat pada usia 63 tahun lebih empat hari Isyarat dekatnya ajal Rasulullah dimulai ketika beliau beriktikaf selama 20 hari di bulan Ramadhan tahun 10 Hijriyah. Sebelum ajal menjemput, beliau memang sakit sampai tidak bisa mengimami salat jamaah di masjid. Hingga pada suatu hari datanglah malaikat maut bertamu ke rumah beliau untuk mengambil ruh Rasulullah yang mulia. Kedatangan tamu itu sebenarnya ditolak putri tercinta Sayyidah Fatimah Az-Zahra radhiyallahu anha, tetapi setelah Rasulullah Saw menjelaskan bahwa yang datang adalah malaikat maut, akhirnya Fatimah merasakan gelisah dan hatinya sangat sedih. Kemudian dia mempersilakan masuk. Malaikat maut datang menghampiri, Rasulullah menanyakan kenapa Malaikat Jibril tidak ikut serta. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. Ketika Jibril datang ke hadapan Rasulullah , beliau berkata “Ya Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya Rasululllah dengan suara yang lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para Malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu ternyata jawaban itu tidak membuatkan Rasulullah lega, mata beliau masih penuh kecemasan. “Apakah Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” tanya Jibril lagi. “Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” ucap Rasulullah . “Jangan khawatir wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya malaikat maut menjalankan tugasnya. Perlahan ruh Rasulullah Saw ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah Saw bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” ucap beliau. Perlahan Rasulullah Saw mengaduh, putri tercinta Fatimah pun hanya bisa terpejam, sementara Sayyidina Ali radhiallahu anhu yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan wajahnya. “Jijikkah engkau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” ujar Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril . Sesaat kemudian terdengar Rasulullah mengaduh karena sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Rabb, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku,” ucap Nabi. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibir beliau bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya. “Uushiikum bissholaati, wamaa malakat aimaanukum peliharalah salat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu,” ucap Nabi dengan suara yang amat lirih. Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, para sahabat saling berpelukan. Sayyidah Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah, “Ummatii, ummatii, ummatiii!”. Dan, berakhirlah hidup manusia paling mulia Rasulullah Muhammad Saw. Kalimat kecintaan beliau terhadap umatnya, hingga beliau menginginkan semua siksa maut umatnya ditimpakan kepada beliau. Bukan hanya itu, ketika ajal sudah di tenggorokan beliau masih memikirkan umatnya “Ummatii, ummatii, ummatiii”. Tinggalkan Dua Wasiat Ketika Rasulullah Saw menahan sakitnya sakaratul maut, beliau masih sempat berpesan sebagai tanda cintanya kepada umatnya. “Uushiikum bissholaati, wamaa malakat aimaanukum peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.” Dalam riwayat shahih, disebutkan عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رضي الله عنها, أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- حِينَ حُضِرَ جَعَلَ يَقُولُ الصَّلاَةَ الصَّلاَةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ». “Ummu Salamah radhiyallahu anha meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam ketika dalam keadaan sekarat bersabda “Jagalah salat, jagalah salat, dan orang-orang lemah di antaramu”. HR Ahmad Betapa sayangnya Rasulullah Saw kepada kita hingga beliau menekankan agar tidak meninggalkan dua perkara di atas. Dua perkara ini sama maknanya dengan ibadah vertikal hablumminallah dan ibadah sosial hablumminannas. Salat merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah Ta’ala. Sedangkan menjaga orang-orang lemah’ adalah ibadah mulia agar tidak berlaku zalim kepada sesama. Adakah cinta kita sama besarnya seperti Rasulullah Saw mencintai kita sebagai umatnya? Apa yang telah kita perbuat untuk beliau yang setiap malam mendoakan umatnya? Bukankah beliau telah mengajarkan kita Tauhid dan kasih sayang Allah? Kalau bukan karena beliau, tentulah kita tidak mengenal Islam, tidak mengenal iman dan Al-Qur’an اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيِّدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى سيِّدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ “Ya Allah ya Tuhanku, muliakan oleh-Mu akan Nabi Muhammad dan akan keluarganya sebagaimana Engkau memuliakan keluarga Ibrahim dan berkahilah Nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim, bahwasanya Engkau sangat terpuji lagi sangat mulia di seluruh alam.”
- Ketika Rasulullah SAW wafat, jasad beliau ditutupi oleh kain oleh para sahabat. Bagaimana pandangan ulama terkait hal ini? Pakar Ilmu Tafsir Prof Quraish Shihab dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW menjelaskan, semua ulama sepakat bahwa begitu Rasulullah SAW wafat maka jasad beliau yang suci ditutup dengan kain berwarna hitam. Tentu saja, menurut Prof Quraish, kain warna hitam itu merupakan suatu hal yang kebetulan, bukan tanda berkabung, sebagaimana warna tersebut menjadi pilihan sementara orang dewasa ini. Dijelaskan bahwa Sayyidah Aisyah dalam riwayat yang menyatakan bahwa Nabi SAW wafat di pangkuannya, mengambil bantal lalu meletakkan kepala Rasulullah SAW di bantal itu. Sambil kemudian beliau dengan suara keras menyampaikan berita duka itu kepada hadirin yang datang di sekelilingnya. Adapun putri Nabi, Fatimah Az-Zahra, begitu mendengar berita duka tentang ayahnya dari Sayyidah Aisyah, ia berkata Ya abatah… ajaaba Rabban da’aahu/Aduhai ayahku, Tuhan menerima doanya Ya abatah… jannatul-firdausi ma’wa’waahu/Aduhai ayahku, surga Firdaus tempatnya Ya abatah… ila Jibrila nan’aahu/Aduhai ayahku, kepada Jibril kami menyampaikan sungkawa Perkataan Fatimah Azzahra di atas merupakan hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim. Kadar haditsnya shahih. Demikianlah Rasulullah SAW wafat di mana akhir pesan beliau secara utama adalah tentang shalat, dan tentunya beliau juga meninggalkan teladan mulia yang tiada terkira. Pesan Rasulullah sebelum wafat, “As-shalatu wa maa malakat aimanukum." Yang artinya “Perhatikanlah shalat, demikian juga orang-orang yang kamu kuasai wanita dan hamba sahaya,”. Dengan pesan tersebut, semoga umat Muslim saat ini mampu meneladani sikap Rasulullah dan mampu menjalankan pesan itu dengan sekuat tenaga.
pesan nabi muhammad kepada umatnya