Lafran Pane meninggal pada 25 Januari 1991, tepat hari ini 30 tahun lalu, dalam kesederhanaan serta kebersahajaan yang luas dan dalam. Beberapa saat sebelum jenazah Lafran dimakamkan, Tetty Sari Rakhmiati (putri bungsu) didampingi M. Iqbal (putra) dan Martha Dewi (istri), membuka sebuah rahasia. "Cucu saya ingin sepeda." Setiap awal bulan, Lafran muncul di kampus Fakultas Keguruan Ilmu Sosial (FKIS) untuk mengambil jatah beras. Dia selalu menolak tawaran siapa pun yang hendak membantu membawakan jatah beras itu ke rumahnya yang tidak jauh dari kampus. Lafran Pane merupakan anak dari Sutan Pangurabaan Pane, seorang guru di wilayah Mandailing Natal. Sutan juga merupakan salah satu pendiri Muhammadiyah di Sipirok tahun 1921. Keluarganya memiliki Pengangkutan Sibualbuali yang memiliki 250 mobil pengangkutan. "Beliau (Lafran Pane) punya jasa yang besar tidak hanya bagi HMI, tetapi bagi bangsa dan negara. Beliau juga amat sederhana, jujur, low profile, bahkan tidak berpikir ingin menjadi pahlawan nasional, tetapi kita sebagai kader HMI yang harus memperjuangkannya, apalagi beliau sebagai ikon HMI," kata Akbar Tanjung di Pontianak, Sabtu (16/4). Lafran Pane mendirikan HMI pada 5 Februari 1947 dan menjadi pahlawan nasional pada 2017 berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/TAHUN 2017 tanggal 6 November 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. xlr2kE.

kata bijak lafran pane